RABBONI ISA AL-MASIH TELAH MENYELAMATKAN SAYA.
  Dulu nama saya Dadang Murtala, berdarah Sunda asli, lahir di Bandung tanggal 
  14 Januarl 1951. Saya 9 bersaudara 5
  perempuan, 4 laki-laki, saya paling kecil tapi paling berandal. Dalam tahun 
  1970 saya ke Banten. Berguru di pesantren
  untuk mendapatkan ilmu kekebalan tubuh dan menjinakkan hewan-hewan berbisa.
  
  Pada akhir pelajaran saya diwajibkan membaca Al Qur'an dari permulaan, surat 
  Al Fatihah, sarnpai dengan surat terakhlr, surat
  An Nas, hanya dalam beberapa jam. Sesudah itu saya harus puasa tiga hari dan 
  pada hari ketiga tidak boleh tidur sama sekali.Akhirnya saya harus mengucapkan 
  mantra khusus sebanyak seribu kali, sesudah itu saya dinyatakan siap bertempur.
  
  Rambut saya panjang, 110 cm, terpaksa saya biarkan memanjang, karena tidak ada 
  gunting dan tidak ada pisau yang bisa digunakan untuk memotong rambut saya. 
  Saya masuk dalam ruangan kaca yang sudah penuh dengan 400 ekor ular-ular berbisa, 
  ular cobra, ular welang, ular tanah dan sebagainya, juga penuh dengan kalajengking 
  yang besar-besar sebanyak 3000 ekor. Saya bergaul dengan hewan-hewan berbisa 
  itu siang dan malam selama 100 hari. Sudah itu dalam aktrasi yang 
  lain saya menyediakan jeruji sebanyak 100 buah.
  
  Saya tusukan ke leher saya dari kanan tembus ke kiri. Penonton saya persilahkan 
  menusukkan jeruji sepeda yang lain ke tubuh saya atau ke leher saya, boleh pilih 
  sendiri. Sampai banyak jeruji menghiasi tubuh dan leher dan mulut saya. Setelah 
  beberapa lama berlangsung atraksi ini, jari-jari sepeda saya cabut satu per 
  satu, bekas-bekasnya saya sapu dengan tangan saya sambil mengucapkan mantra., 
  dan tidak ada bekas, tidak ada darah menetes.
Pada tanggai 4 Agustus 1992 terjadilah peristiwa yang tidak saya sangka-sangka. 
  Ular cobra kesayangan saya, yang pada setiap pertunjukan selalu melilit di leher 
  saya dengan ekornya dan menari-nari dengan batang leher dan kepalanya dengan 
  sangat lucu mengikuti irama musik, entah kena apa mendadak sontak memagut tangan 
  kanan saya. dan seketika itu tangan saya membengkak dan saya jatuh pingsan.
  
  Ketika saya siuman kembali, ternyata saya telah terbaring di ruang gawat darurat 
  di rumah sakit Ranca Badak dengan infus di tangan kiri saya. Kata dokter saya 
  kena nerotoksin. Selama 29 hari saya terbaring di ruang gawat darurat menghabiskan 
  47 labu cairan dan 13 labu darah. Kondisi badan saya sangat menurun, tinggal 
  kulit yang melekat di tulang dan rambut
  saya yang panjang di bawah pinggul saya. Berat badan saya menurun dari 59 kg 
  menjadi 37 Kg. Keluarga saya kehabisan biaya, sedang kondisi saya terus menurun 
  tidak ada harapan lagi, saya dimintakan untuk pulang saja oleh keluarga saya.
  
  Setelah empat hari di rumah saya tidak sadarkan dirl. Saya dilarikan lagi ke 
  rumah sakit. Saya mendengar percakapan orang
  disekitar saya.Empat orang dokter sempat melihat tubuh saya. Semuanya mengatakan 
  saya sudah tiada lagi. Visum kematian
  sudah dibuat untuk penguburan saya. Keluarga saya sudah miengucapkan doa-doa 
  orang mati di bawah ranjang saya. Tapi
  seorang dokter di antara ke empat dokter yang tidak bersedia saya sebutkan namanya, 
  melarang tubuh saya cepat-cepat di kubur, karena dia ingat percakapan saya dengan 
  dia waktu saya dirawat di ruang gawat darurat, kalau saya mati jangan cepat-cepat 
  dikubur. Dia berdoa dan tumpang tangan di atas kepala saya. Setelah saya mengalami 
  tidak sadarkan diri selama dua hari satu malam itu, ada gerakan lagi pada jari-jari 
  saya. ada pernafasan lagi. Dokter tersebut mengambil segelas plastik aqua dan 
  di tetes-teteskan kedalam mulut saya. Saya dapat membuka mata dan telah sadar 
  kembali. Tiga orang dokter lain ikut mendatangi saya dan mereka berempat 
  berdoa dan tumpang tangan buat saya. Setelah tiga hari di rumah sakit saya dibawa 
  pulang lagi oleh keluarga saya.
  
  Selama di rumah saya merenungi hidup saya dan ingat pula atas pelayanan para 
  dokter dan para juru rawat di rumah sakit serta ingat pula atas doa dokter tersebut. 
  Setelah beberapa bulan di rumah, saya ingat pelajaran saya waktu belajar ilmu 
  hitam, ilmu mantra dan ilmu tenung bahwa orang Kristen itu tidak mempan mantra 
  dan tenung. Hati saya mendadak tergerak untuk bertemu dengan Pendeta. Dengan 
  kondisi badan yang belum pulih, saya pergi ke Bandung langsung ke suatu Gereja 
  yang besar di tepi jalan besar. Tetapi alangkah kecewa hati saya mereka yang 
  ada di gereja itu tidak ada yang mau menerima kedatangan saya. Mungkin mereka 
  menganggap saya ini kurang waras, tubuh saya kurus kering, rambut saya panjang 
  seperti ekor kalajengking. Saya pulang ke rumah dengan rasa murung.
  
  Beberapa hari kemudian saya pergi ke rumah salah seorang yang beragama Kristen. 
  Saya ceritakan kekecewaan saya itu, dia
  tanggap dan saya diajak ke Bandung, ke Gereja yang lain. Di sini saya dilayani. 
  Saya mengikuti kebaktian tiap hari Minggu dan setelah tiga bulan saya dibaptis, 
  yaitu pada tanggal 20 Juni 1993.
  
  Sejak saya masuk gereja tidak ada lagi dalam pikiran saya untuk tampil dalam 
  pertunjukan lagi seperti yang sudah-sudah. Bukan karena takut mati dipagut ular 
  tapi takut akan Rabboni 'Isa. Dulu saya sahabat ular sekarang saya menjadi seteru 
  ular dan berperang melawan ular.Dulu, ular sahabatku, sekarang Rabbi Isa Almasih 
  Juruselamatku. Dulu, saya membenci orang Kristen tetapi orang Kristen tidak 
  membenci saya. Dulu saya pernah membenci Yesus Kristus tetapi Yesus yaitu 
  'Isa tidak pernah membenci saya, bahkan hari ini Yesus telah melepaskan saya 
  dari kuasa gelap, menyelamatkan saya dari kebinasaan.
  
  Tetapi setan memang tidak pemah berhenti menggoda manusia.Pada suatu hari saya 
  ditawari uang Rp 12.000.000,- untuk
  pertunjukan selama satu bulan, dengan pertunjukan lima jam sehari. Nama dan 
  gambar saya dimuat di surat kabar. Tetapi sekalipun keluarga saya hidup pas-pasan, 
  saya tidak terpikat lagi atas tawaran Iblis tersebut.
  
  Pada suatu hari Pendeta mengirim saya ke Jakarta untuk belajar dan berlatih 
  di sekolah Al-Kitab. Senin sampai Jumat belajar di Jakarta, Sabtu dan Minggu 
  di Bandung dan bertemu dengan keluarga dan handai tolan. Saya berbicara tentang 
  keselamatan yang diajarkan oleh Sang Juruslamat sendiri yaitu AlMasih 'Isa. 
Eh, banyak dari mereka yang tertarik, dan mereka minta dibaptis. Akhirnya istri 
  saya, anak-anak saya, adik-adik ipar saya, mertua saya, teman-teman saya juga 
  mereka yang tempat tinggalnya jauh dari rumah saya sampai 40 km dari rumah saya 
  menerima baptisan kudus sebagal tanda pertobatan mereka, sebagai meterai mereka 
  menjadi milik Sang Juruslamat Al-Masih 'Isa. Sampai kesaksian saya ini saya 
  tulis, jumlah mereka itu semua sudah mencapai 87 orang. Puji Tuhan. Dan saat 
  itu nama
  saya yang mula-mula Dadang Murtala berubah menjadi Dadang Mathius.
  
  Demikianiah kesaksian saya, saya tuliskan dengan harapan saya agar ikut menjadi 
  penggerak dan penggairah hati anak-anak Tuhan untuk mau ikut melayani Dia. Bersaksi 
  tentang Dia dan memberitakan kasihNya, penyelamatan orang berdosa seperti saya 
  dulu yang pernah dikuasai setan, yang bakal binasa telah diselamatkan oleh Dia.
  
  Puj'i Tuhan.
  
  Tuhan memberkati kita semua
  
  Dadang Mathius