AL 
    MASIH : KESAKSIANNYA MENURUT SEJARAH
SIFAT DAN KEKUASAANNYA
Isa Al Masih, Kelahiran seorang 
    Perawan 
    Isa Al Masih, Orang yang Tidak Berdosa                      
Isa Al Masih, yang Diberkati                                          
Sebagai Manusia yang Memberi 
    Petunjuk yang Jelas 
Kemampuannya Mengetahui yang Ghaib
    Kemampuannya Melakukan Mujizat 
    Kemampuannya untuk Mencipta 
    Kemampuannya untuk Menghidupkan yang 
    Mati 
    
     
    
    
 PENGAKUAN ALLAH ADALAH LEBIH 
    AGUNG  
Para Nabi Menulis tentang Dia                                
            
Al Masih Disujud ketika masih 
    dalam Kandungan      
Al Masih Diberi Wahyu yang 
    Sempurna                  
           
Al Masih Diperkuat oleh Roh 
    Suci                           
            
Al Masih Berkedudukan dekat 
    dengan Allah               
    
Al Masih Diangkat dekat ke 
    Sisi Allah                    
            
Al Masih Sebagai Pengetahuan 
    Hari Kiamat               
    
Al Masih, Orang yang Terpilih 
    oleh Allah dalam Pertempuran Terakhir                          
            
 Al Masih yang Maha Tinggi Selamanya                  
              
    
    
 
    
    
     
    
    
 SIFAT 
    DAN KEKUASAANNYA
Dalam Bahagian Pertama kita telah menggambarkan 
    Isa Al Masih yang akan muncul di masa mendatang.  Dalam Bahagian ini kita akan menggambarkan Isa Al Masih yang tampil 
    sebagai tokoh historis.  Kita lihat 
    pengungkapan watak Isa Al Masih dari Al-Qur’an, 
    menurut ulasan para akhli kitab dan karya tulis kaum Sufi/Akhli Tasawuf.
    
     
    
    
Isa Al Masih, Kelahiran Seorang 
    Perawan 
    
     
    
    
Al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa 
    Isa dilahirkan dari seorang perawan.  Kejadiannya 
    digambarkan sebagai berikut:
    
     
    
    
Dan ingat pulalah ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan berita gembira dengan sebuah Kata Cipta daripada-Nya, namanya Al Masih, Isa bin Maryam, orang terhormat di dunia dan di akhirat, termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah ...
Kata Maryam: “Wahai Tuhanku!  Bagaimana 
    aku dapat memperoleh anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang 
    laki-lakipun?” Allah berfirman dengan perantaraan Malaikat Jibril: “Begitulah.  
    Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.  
    Bila Dia menghendaki sesuatu, hanya tinggal, mengucapkan saja “Kun” 
    lalu jadilah ia.’
    
    [1]
    
    
    
     
    
    
          Dari ayat tersebut kita bisa melihat bahwa Maryam belum pernah disentuh 
    oleh seorang laki-lakipun dan kelahiran Isa Al Masih nyata sebagai suatu keputusan 
    Allah.  Keunikan Isa Al Masih masuk 
    ke dalam sejarah bukan semata-mata suatu kejadian alam, tetapi merupakan suatu 
    mujizat yang disengaja mempunyai satu maksud, di mana Al-Qur’an menyatakan:
    
     
    
    
Allah mengetahui isi kandungan setiap perempuan, baik kandungan yang kurang, 
    maupun yang berlebih.  Segala-galanya 
    di sisi Allah serba berukuran.
    
    [2]
    
    
    
     
    
    
            Pengetahuan 
    Allah atas hal tersebut dan maksudnya secara rinci atas ciptaanNya lebih jauh 
    ditekankan dalam penyataan berikut:
    
     
    
    
Kami tidak menjadikan ruang angkasa yang amat luas dan persada bumi yang 
    terhampar ini, begitu juga apa-apa yang berada di antara keduanya, secara 
    main-main.
    
    [3]
    
    
    
     
    
    
            Allah 
    tidak melakukan hal-hal yang sia-sia, tetapi segala-galanya diciptakan atas 
    kebijakan-Nya yang Maha Agung dan 5memiliki maksud tertentu.  Jadi sementara Allah menetapkan bahwa setiap 
    manusia ditakdirkan lahir akibat bersatunya laki-laki dan perempuan, Ia juga 
    menetapkan Isa lahir dari Maryam yang tidak disentuh oleh laki-laki.  Hal ini diterima tanpa suatu perdebatan oleh 
    para ilmuwan Muslim.  Keunikan dari 
    pengakuan tersebut diungkapkan oleh Shabestari dalam penyataannya sebagai 
    berikut:
    
     
    
    
Jelas tidak ada orang yang dilahirkan tanpa bapa, hanya seorang saja yakni 
    Isa yang hidup atau hadir di dunia ini.
    
    [4]
    
    
    
     
    
    
    
     
    
    
Isa 
    Al Masih, Orang yang Tidak Berdosa 
    
     
    
    
Salah satu sifat yang unik dari Isa Al Masih adalah 
    ia tidak berdosa, sementara manusia lainnya bahkan nabi-nabi sekalipun, di 
    suatu saat sadar atau tidak sadar pernah bersalah dalam pikiran atau perbuatannya.  
    Hanya Isa Al Masihlah yang tetap suci.
            Di dalam Al-Qur’an banyak bukti-bukti yang menunjukkan Adam, Musa dan Muhammad 
    semuanya pernah berdosa.  Ibrahim sendiri 
    menemukan dirinya perlu bertaubat, meskipun hubungannya dengan Allah dekat 
    dan Al-Qur’an sendiri mengungkapkannya 
    dalam suatu soal jawab dengan Allah suatu waktu, ayat itu berbunyi seperti 
    berikut:
    
     
    
    
Setelah Ibrahim merasa rasa takutnya  hilang bahkan mendapat berita gembira, mulailah 
    dia berbincang-bincang dengan Kami tentang kaum Luth.[5]
    
     
    
    
                Meskipun 
    Ibrahim sangat dekat dengan Allah, ia masih mengungkapkan perlunya meminta 
    pengampunan kehadirat Allah:
    
     
    
    
“Yang menciptakan aku, dan Dia-lah yang menunjuki aku.  Dan yang memberi makan dan minum-ku.  Jika aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku. 
    Dia yang mematikanku, kemudian Dia pula yang menghidupkanku kembali di akhirat.  
    Dia-lah yang sangat kuharapkan sudi mengampuni kesalahanku pada Hari 
    Pembalasan”.
    
    [6]
    
    
 
            Musa 
    yang dikasihi Allah di mana Dia langsung berbicara dengannya,
    
    [7]
    
     juga menemukan dia perlu meminta pengampunan setelah ia 
    menyerang dan membunuh seorang warga Mesir, dan mengatakan:
Musa berdoa: “Ya Tuhanku!  Bahwasanya 
    aku telah berlaku aniaya terhadap diriku sendiri, karena itu ampunilah aku”.  
    Lalu Allah mengampuninya.  Sesungguhnya 
    Dia Maha Pengampun dan Penyayang.
    
    [8]
    
    
    
     
    
    
            Begitupun 
    Daud meminta pengampunan Tuhannya sambil menjatuhkan dirinya ke tanah, bersujud 
    dan meminta ampunan.
    
    [9]
    
    
            Jadi 
    ketiga Nabi tersebut: Ibrahim, Musa dan Daud menyadari perlunya pengampunan 
    dari Allah.
            Nabi 
    Muhammad juga menemukan dosa-dosanya, sebelum ia diangkat sebagai nabi, di 
    mana ia merasa berat 
    menanggungnya.  Hal ini dibenarkan 
    dalam Al-Qur’an:
    
     
    
    
“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu?  Dan Kami telah menurunkan bebanmu yang telah memberati punggungmu?”
    
    [10]
    
    
    
     
    
    
            Beban 
    yang dipikul Nabi Muhammad di punggungnya bukan berupa beban fizikal, tetapi 
    beban rohaniah .  Kata (Wezr) yang diterjemahkan sebagai “beban” 
    dalam ayat tersebut di atas merupakan kata  
    khusus yang bererti dosa dalam bahasa Al-Qur’an.  Contoh dalam Al-Qur’an 16:25 yang menyatakan: “Kami 
    takdirkan mereka berucap demikian, supaya mereka memikul dosanya (awzar, jamak 
    kepada wezr) sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, berikut dengan seBahagian 
    dosa dari orang-orang yang mereka sesatkan karena tidak mengetahui.  Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul.” 
    (Lihat juga pada Al-Qur’an 6:31, 
    6:164, 17:15, 20:100, 35:18).
            Sementara 
    Al-Qur’an menyatakan dosa-dosa yang 
    terdahulu dalam fakta kehidupan Nabi Muhammad, dikatakan juga tentang dosa-dosa 
    “kemudian”:
    
     
    
    
Supaya Allah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang, serta 
    menyempurnakan nikmatNya kepadamu dan memimpinmu ke jalan yang lurus.
    
    [11]
    
    
    
     
    
    
            Ini 
    juga disahkan oleh Hadis yang mengatakan Nabi Muhammad dahulu terbiasa  ‘memohon pengampunan dan menghadap Allah bertaubat 
    lebih dari tujuh puluh kali sehari’
    
    [12]
    
     Bukhari mencatat doa Muhammad meminta pengampunan sebagai 
    berikut: 
    
     
    
    
Ya, Allah! Ampunilah kesalahan-kesalahanku dan kelalaianku yang melampaui 
    batas kebenaran dalam perbuatan-perbuatanku; dan ampunilah apa saja yang Engkau 
    paling ketahui daripadaku sendiri. Ya Allah! Ampunilah kesalahan-kesalahanku 
    yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, yang tidak disadari sebagai olok-olok 
    atau yang lebih berat, dan semua yang ada dalam diriku
    
    [13]
    
    
    
     
    
    
            Memang 
    benar ia terus meminta pengampunan sampai nafasnya yang penghabisan.
    
    [14]
    
    
            Dosa-dosa 
    seluruh umat manusia dibenarkan lebih jauh lagi oleh Hadis yang mengatakan: 
    ‘Syetan selalu bercokol dalam pikiran manusia seperti darah mengalir dalam 
    tubuhnya.”
    
    [15]
    
    
            Kecuali 
    seorang manusia yang oleh Al-Qur’an 
    ataupun Hadis dianggap suci dari dosa adalah Isa Al Masih.  Ia tidak pernah berbuat dosa, tidak berbuat 
    kesalahan dan tidak pernah melewati batas-batas yang telah ditetapkan Allah 
    secara sengaja atau karena berbuat bodoh, secara olok-olok atau secara serius, 
    secara sengaja ataupun tidak sengaja.  Isa 
    Al Masih digambarkan dalam Al-Qur’an 
    19:19 sebagai ‘seorang putera yang suci (zakeyia)’
    
    [16]
    
    , bahkan sebelum dilahirkan.  
    Baidawi menjelaskan bahwa ‘seorang anak yang suci berarti suci dari 
    dosa-dosa’.  Di dalam seluruh ayat-ayat Al-Qur’an, tidak ada lagi yang digambarkan 
    sebagai yang suci kecuali Isa Al Masih.
    
    [17]
    
    
    
     
    
    
            Hadis 
    juga menyatakan bahwa Isa Al Masih sebagai orang yang tidak berdosa. Bukhari, 
    contohnya mengaitkannya dengan Hadis berikut:
    
     
    
    
Ketika setiap orang dilahirkan (tersurat: semua anak Adam begitu semasa 
    mereka dilahirkan), Syetan menyentuh (tersurat: menggosok) kedua belah badannya 
    dari kanan dan dari kiri dengan kedua jarinya, kecuali Isa anak Maryam, meskipun 
    ia juga dicoba tapi tidak berhasil.
    
    [18]
    
    
    
     
    
    
            Baidawi 
    menerangkan arti dari ‘sentuhan atau gosokan’ Syetan sebagai ‘upaya menggoda 
    setiap bayi yang baru lahir sehingga anak tersebut bisa dipengaruhinya’.
    
    [19]
    
      Syetan, musuh berbuyutan Allah dengan demikian 
    berjuang dengan cara yang tidak adil.  Ia 
    mencari jalan menggoda orang dari saat pertama mereka mulai hidup, dan hanya 
    seorang manusia yang bisa menguasai Syetan dalam babak pertama ini.  Ia adalah Isa Al Masih. Suyuti mengutip Ibni 
    ‘Abbas, yang mengatakan:
    
     
    
    
Di antara mereka yang dilahirkan, hanya Isa anak Maryam yang tidak disentuh 
    oleh Syetan dan tidak bisa ditaklukkan olehnya.
    
    [20]
    
    
    
     
    
    
            Mengapa 
    Isa tidak bisa tertandingi dan berbeda? Beberapa orang mengatakan bahwa karena 
    ia diurapi:
    
     
    
    
Ia dinamakan Al Masih karena ia diurapinya sehingga membuat dia jadi suci 
    dari dosa-dosa, atau karena ia diurapi oleh sayap Malaikat Jibril dan dijaga 
    dari sentuhan Syetan, atau Al Masih berarti orang yang salih.
    
    [21]
    
     
    
     
    
    
            Ada 
    orang-orang yang membedakannya dari sifatnya yang batiniah secara rohaniah  Isa Al Masih itu sendiri.  Razi mengatakan:
    
     
    
    
Rohnya (Isa Al Masih) adalah suci, tinggi derajatnya, syurgawi; terang 
    benderang dengan cahaya kemulyiaan dan sangat dekat dengan roh-roh para malaikat.
    
    [22]
    
    
    
     
    
    
            Jadi 
    Isa Al Masih seperti malaikat-malaikat yang tidak perlu memohon pengampunan 
    untuk diri mereka.  Ia tidak berdosa.
            Gelar 
    Isa yang menyandang “Roh Allah” juga membuktikan kesucian.  Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa ia disebut 
    ‘Roh Allah’ karena:
    
     
    
    
Adalah menjadi kebiasaan orang yang menggambarkan sesuatu yang benar-benar 
    suci dan bersih , mereka menyebutnya sebagai roh..
    
    [23]
    
     
    
     
    
    
            Ukuran 
    tentang sampai di mana sucinya kenyataan Isa adalah seperti berikut: Allah, 
    Yang Maha Tinggi, Dia sendiri menyebut Isa adalah ‘Roh dari Allah’.  Sementara setiap umat manusia telah ingkar 
    dari kesetiaannya kepada Allah dan tidak lagi takut kepada Allah di suatu 
    ketika dalam sejarah hidupnya tetapi Isa Al Masih tetap suci bersih, tidak 
    disentuh oleh Syetan.
            Rasa 
    takut kepada Allah merupakan suatu tolok ukur keimanan seseorang di mata Allah, 
    sebagaimana ayat Al-Qur’an menyatakan:
    
     
    
    
Hai manusia! Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.  
    Lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu 
    saling mengenal.  Yang teramat mulia di antaramu di sisi Allah, 
    ialah orang yang lebih bertakwa.  Sesungguhnya 
    Allah Maha Mengetahui dan Mengenal.
    
    [24]
    
    . 
    
     
    
    
            Adalah 
    semata-mata ketaqwaan atau kesalihan, dan bukannya tanda-tanda keindahan duniawi, 
    kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai status di hadapan 
    Allah. Nabi-nabi dan para malaikat juga ditentukan statusnya oleh ketaqwaan 
    mereka.  Tetapi malaikat lebih tinggi 
    derajatnya daripada nabi-nabi karena:
    
     
    
    
Mereka para malaikat yang memangku Singgasana dan yang berada di sekitarnya 
    menyuarakan puji kepada Tuhannya, beriman kepada-Nya dan meminta ampun untuk 
    orang-orang beriman... (Al-Qur’an 
    40:7-9)
    
     
    
    
            Razi 
    mengulas:
    
     
    
    
Banyak ilmuwan menafsirkan ayat-ayat ini
    
    [25]
    
     sebagai suatu kesimpulan bahwa para malaikat lebih tinggi 
    derajatnya daripada manusia.  Mereka 
    mengatakan bahwa para malaikat tidak perlu memohon pengampunan bagi dirinya, 
    karena bila mereka perlu pengampunan, mereka semestinya meminta pengampunan 
    buat diri mereka sendiri terlebih dahulu, seperti apa yang dikatakan oleh 
    Nabi Muhammad: “Mulailah bertaubat untuk diri sendiri’.  
    Juga Allah  mengatakan kepada 
    Nabi Muhammad: ‘... Maka ketahuilah (ya Muhammad) bahwa sesungguhnya tidak 
    ada Tuhan, melainkan Allah dan minta ampunlah (kepada-Nya) untuk dosa engkau 
    dan untuk (dosa) orang-orang beriman laki-laki dan orang-orang beriman perempuan.  Allah mengetahui tempat mencari penghidupanmu 
    dan tempat diammu’ (Al-Qur’an 47:19).  
    Jadi Allah memerintahkan Muhammad untuk memohon pengampunan terlebih 
    dahulu buat dirinya baru kemudian untuk orang lain ... Dan karena Allah tidak 
    menyebutkan bahwa para malaikat tidak meminta pengampunan buat mereka sendiri, 
    kita bisa menyimpulkan bahwa mereka tidak perlu meminta pengampunan.  
    Para nabi perlu pengampunan dari Allah dan ini sangat jelas dari firman 
    Allah kepada Muhammad.  Kalau memang 
    ini dipegang teguh maka semakin jelaslah bahwa para malaikat lebih tinggi 
    daripada manusia.
    
    [26]
    
    
    
     
    
    
            Dengan 
    tidak perlunya pengampunan bagi para malaikat, nampaknya mereka lebih sempurna 
    dalam kepatuhannya dan rasa takutnya kepada Allah, jadi mereka lebih mulia 
    dan lebih tinggi derajatnya daripada manusia.  
    Tidak seperti halnya dengan manusia, para malaikat tidak perlu meminta 
    pengampunan karena mereka terbebas dari dosa.  
    Isa Al Masih bisa disejajarkan dengan malaikat dan oleh karena itu, 
    ia adalah sama-sama suci.
    
     
    
    
    
     
    
    
Isa Al Masih, yang Diberkati 
    
     
    
    
Di samping tidak berdosa, Isa 
    Al Masih juga diberkati.  Ia bukan 
    hanya sempurna secara pasif , tetapi juga sempurna secara aktif . Al-Qur’an menyatakan tentang Isa:
    
     
    
    
Dan dijadikan-Nya pula aku seorang yang diberkati (Pembawa Bahagia) di 
    mana saja aku berada.
    
    [27]
    
    
    
     
    
    
            Menurut 
    ayat ini, Isa diberkati tanpa syarat dan untuk selamanya. Andaikata ia tidak 
    mematuhi Allah baik dalam pikiran atau perbuatan setiap saat, ia tidak akan 
    mengatakan diberkati di manapun ia berada.  
    
            Kata 
    ‘diberkati’ menurut penerangan Baidawi berarti ‘berguna bagi manusia’.  Dalam arti kata yang lain, Isa hidup bukan 
    buat dirinya sendiri, tetapi ia hidup bagi seluruh umat.  Arti yang pasti dari ‘berguna untuk manusia’ 
    dijelaskan oleh Razi yang mengatakan Isa:
    
     
    
    
Melalui Isa Al Masih, Allah membebaskan umat manusia dari segala macam 
    tipuan, sama seperti manusia hidup dengan Roh-Nya.
    
    [28]
    
    
    
     
    
    
            Isa 
    tidak puas semata-mata bebas dari dosa, tetapi ia juga secara aktif  mencari jalan untuk membebaskan orang dari 
    tipuan Syetan, musuh bebuyutan Allah.  Begitu 
    penting upayanya sehingga Razi membandingkan Isa sebagai Roh yang memberi 
    kehidupan kepada suatu tubuh.  Baidawi 
    secara sama menggambarkan upaya Isa ketika ia mengatakan bahwa Isa “dahulu 
    biasa menghidupkan tubuh yang mati begitupun hati yang mati menjadi hidup”.
    
    [29]
    
     
            Isa 
    Al Masih tidak hidup hanya menjaga kesucian dirinya, karenanya ia hidup menikmati 
    hidupnya yang sempurna selaras dengan kehendak Allah.  Tetapi ia juga hidup dengan memberi berkat  
    kepada orang lain.  Jadi kesempurnaan Isa Al Masih bukan semata-mata 
    pasif , yakni tidak berdosa; tetapi juga aktif  sebagai suatu sumber berkat .
            Dalam 
    seluruh Al-Qur’an tidak ada seorangpun 
    yang dipanggil sebagai “diberkati” kecuali Isa Al Masih.  Adalah benar bahwa Al-Qur’an itu sendiri digambarkan sebagai suatu kitab suci yang diberkati.
    
    [30]
    
    
            Perkataan 
    itu juga digunakan kepada rumah suci yang pertama di Mekah yang telah dibina 
    oleh para malaikat sebelum penciptaan Adam
    
    [31]
    
    , Malam Lailatul Qadr (malam di mana Al-Qur’an diturunkan)
    
    [32]
    
    .  Dan pohon zaitun di mana dianggap sebagai cahaya 
    Allah atau Nurullah.
    
    [33]
    
      Jadi Isa Al Masih disejajarkan dengan Al-Qur’an, rumah yang pertama kali dibangun 
    di Mekah, Lailatul Qadr dan pohon zaitun yang diberkati.  Kendatipun demikian, satu-satunya orang yang 
    digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai 
    yang diberkati adalah Isa Al Masih.
            Oleh 
    karena itu, Isa Al Masih adalah tidak berdosa dan diberkati.  Syetan tidak bisa menyentuh Isa, yang tetap 
    sempurna dalam hidupnya sepanjang hidupnya.  
    Di samping itu, Isa Al Masih dalam menghancurkan pekerjaan Iblis sangatlah 
    sempurna sehingga ia digambarkan sebagai Roh yang memberi hidup, yang bisa 
    menghidupkan mereka yang mati karena tipuan-tipuan Syetan.  Kesempurnaan Isa Al Masih adalah secara pasif 
    dan juga aktif .  Oleh karenanya dalam 
    hubungan ini ia memiliki sifat yang tidak ada bandingannya.
    
     
    
    
    
     
    
    
    
     
    
    
Sebagai Manusia yang Memberi 
    Petunjuk yang Jelas 
    
     
    
    
            Jika sifat Isa Al Masih yang tidak berdosa dan diberkati 
    itu membuat dirinya unik di antara nabi-nabi, maka petunjuk Allah yang diberikan 
    atau ditanamkan dalam diri Isa adalah benar-benar unik. 
 
    
      
    
    
Kemampuannya 
    Mengetahui yang Ghaib 
    
     
    
    
            Pengetahuan 
    tentang yang tidak bisa dilihat atau ghaib merupakan suatu sifat yang agung.  
    Seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an:
    
     
    
    
Dan di sisi Allah kunci-kunci semua yang ghaib, 
    tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri.  Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan.  Tidak sehelai daunpun yang gugur tentu diketahui-Nya 
    juga.  Tidak sebutir-bijipun yang tersembunyi 
    dalam gelap gulita di bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, 
    yang tidak tertulis dalam kitab Lauhul mahfuzh.
    
    [34]
    
    
    
     
    
    
            Muhammad sendiri menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa ia tidak memiliki pengetahuan 
    yang ghaib ketika ia mengatakan:
    
     
    
    
Katakanlah: “Aku tidak mampu meraih manfaat dan 
    menolak kemelaratan untuk diriku sendiri, kecuali apa yang dikehendaki Allah.  
    Seandainya aku mengetahui perkara yang ghaib, sudah tentu aku akan 
    berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan waspada terhadap b ahaya yang akan 
    menimpa.  Aku tidak lain hanyalah Pemberi peringatan dan Pembawa berita gembira 
    bagi orang-orang yang beriman”.
    
    [35]
    
    
    
     
    
    
            Dalam ayat lain dikatakan:
    
     
    
    
Katakanlah!: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa 
    perbendaraan Allah ada padaku!  Karena 
    aku tidak mengetahui yang ghaib.  Juga 
    aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa aku seorang malaikat.  Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku”. 
    
    
    [36]
    
    
    
     
    
    
            Oleh karena itu, menurut Al-Qur’an, pengetahuan ghaib bukan urusan 
    manusia.  Allah sendirilah yang mempunyai 
    kekuasaan untuk memberikannya kepada yang Dia pilih. “Allah sekali-kali tidak 
    akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan seperti sekarang ini, 
    namun Allah akan menyisihkan antara yang buruk dan yang baik.  
    Dan Allah tidak akan memperlihatkan hal-hal yang ghaib kepadamu, akan 
    tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara Rasul-Rasul-Nya.  Oleh karena itu berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya.  Jika kamu beriman dan bertaqwa, niscaya kamu 
    peroleh pahala besar.”
    
    [37]
    
    
    
     
    
    
            Al-Qur’an 
    menerangkan kepada kita bahwa Allah memilih Isa Al Masih untuk membukakan 
    hal yang ghaib.  Dengan kehendak-Nya 
    Allah memilih Isa Al Masih dari antara para pesuruh Allah untuk membukakan 
    hal sekecil apapun dari kehidupan orang, termasuk “apa-apa yang mereka makan, 
    dan apa yang mereka miliki sebagai kekayaan di rumah mereka”.
    
    [38]
    
     Mereka yang telah mengulas ayat tersebut di atas menyebutkan 
    banyak ceritera tentang pengetahuan Isa Al Masih akan hal-hal yang ghaib. 
     Kekuasaan ini hanya kekuasaan Allah yang diberikan kepada Isa Al 
    Masih sendiri di antara rasul-rasul lain.  
    Inilah sifat lain yang menambah keunikan Isa Al Masih. 
    
     
    
    
    
     
    
    
Kemampuannya Melakukan Mujizat 
    
     
    
    
            Misi Isa Al Masih di bumi adalah memperbaiki 
    umat manusia untuk mematuhi Allah.  Seperti 
    yang telah ditegaskan sebelumnya, ia diberi kekuasaan yang unik untuk membebaskan 
    umat manusia dari tipuan-tipuan Syetan.  Ia juga diberi kekuasaan untuk menyembuhkan 
    orang dari penyakit badani sebagai suatu bukti bahwa ia dikirimkan Allah.
            Kekuasaan Isa untuk menhancurkan pekerjaan 
    Syetan lebih jauh ditunjukkan ketika ia menyembuhkan orang atau mereka yang 
    sakit. Penyembuhan secara rohani jelas bisa menyembuhkan badan yang sakit.  
    Ini membuktikan bahwa perkataannya sepadan dengan perbuatannya.
            Al-Qur’an 
    mengatakan bahwa mujizat yang dilakukan oleh Isa Al Masih merupakan “tanda 
    yang jelas” dari kekuasaan Allah.  Tanda 
    yang jelas ini tidak diberikan kepada semua rasul. Al-Qur’an mengatakan:
    
     
    
    
Itulah keterangan-keterangan Allah.  Kami bacakan kepadamu hai Muhammad, dengan 
    sebenarnya.  Dan engkau sesungguhnya 
    seorang Rasul di antara rasul-rasul yang lain. Rasul-rasul itu Kami lebihkan 
    seBahagian mereka dari yang lain.  Diantaranya 
    ada yang langsung Allah bercakap-cakap dengan dia, dan sebagiannya Allah mengangkat 
    kemuliaannya beberapa derajat.  Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa 
    mujizat dan kami perkuat dia dengan Roh Suci.  Dan kalau Allah menghendaki  niscaya orang-orang yang berada sepeninggal 
    rasul-rasul itu tidaklah akan saling membunuh setelah datang kepada mereka 
    beberapa keterangan.  Namun mereka 
    berselisih juga, ada di antara mereka yang beriman dan ada pula yang kafir.  
    Jika Allah menghendaki mereka tidaklah akan saling membunuh.  
    Tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya
    
    [39]
    
     
    
     
    
    
            Baidawi mengulas ayat tersebut di atas 
    seperti berikut:
    
     
    
    
Allah menjadikan mujizat Isa Al Masih sebagai 
    bukti kecintaan-Nya kepada Isa (melebihi rasul-rasul lain) karena semua mujizatnya 
    adalah pertanda yang jelas dan luar biasa.  Dan semua mujizatnya tidak dilakukan oleh yang lain kecuali dia.
    
    [40]
    
    
    
     
    
    
            Mujizat yang khusu dan istimewa ini 
    membuktikan/menunjukkan bukan hanya kecintaan Allah kepada Isa daripada rasul-rasul 
    lainnya tetapi juga merupakan ukuran dari kecintaan tersebut.  Allah memberikan beberapa rasul kemampuan melakukan 
    beberapa mujizat, tetapi Bahagian mujizat yang diberikan kepada Isa melebihi 
    daripada apa yang diberikan kepada rasul-rasul lain.  Jadi kita bisa melihat bahwa dengan melakukan 
    mujizat secara jasmani Isa Al Masih dibedakan.  
    Ini juga membuktikan kekuasaannya melakukan mujizat secara rohaniah  dilebihkan dari yang lain.  Jadi kemampuannya melakukan mujizat yang tidak 
    bisa tertandingi baik secara jasmani maupun rohaniah  menunjukkan sifat Al Masih yang unik. 
Kemampuannya untuk Mencipta 
    
     
    
    
            Sementara kekuasaan Isa Al Masih melakukan 
    mujizat benar-benar tidak tertandingi, ukuran kekuasaan ini diberikan juga 
    kepada beberapa nabi lainnya. Tetapi kekuasaan untuk mencipta hanya diberikan 
    kepadanya.  Menurut Al-Qur’an, kekuasaan mencipta ini tidak 
    dimiliki oleh nabi-nabi yang lainnya.
            Al-Qur’an 
    menantang orang kafir dengan menyatakan:
    
     
    
    
Hai manusia, telah dibuat orang perumpamaan mengenai 
    Aku lalu dengar dan pahamilah baik-baik keadaannya, yaitu: segala yang disembah 
    selain Allah itu tidak akan mampu membuat seekor lalatpun, sekalipun mereka 
    bekerja-sama untuk itu.  Bahkan kalau 
    lalat-lalat itu merampas sesuatu dari berhala itu, sang berhala tidak dapat 
    merebutnya kembali dari sang lalat.  Yang 
    menyembah dan yang disembah sama-sama lemah.
    
    [41]
    
    
    
     
    
    
            Meskipun demikian menurut Al-Qur’an, Isa adalah satu-satunya orang 
    yang diberikuasa oleh Allah untuk menciptakan sesuatu dari tanah liat. Al-Qur’an mengutip kata-kata Isa seperti 
    berikut:
    
     
    
    
Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul untuk Bani 
    Israil.  Katanya: “ Aku ini datang 
    kepadamu membawa tanda mujizat dari Tuhanmu yiaitu aku dapat membuat dari 
    tanah liat ini rangka burung untuk kalian, kemudian aku tiup lalu menjadi 
    seekor burung dengan izin Allah.  Dan 
    aku sanggup menyembuhkan orang buta, penyakit kusta, dan menghidupkan orang 
    mati dengan izin Allah.  Lagi pula 
    aku dapat memberitahukan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang 
    kalian simpan di rumah kalian masing-masing. Semua ini adalah menjadi tanda 
    buat kalian, kalau kalian benar-benar beriman.
    
    [42]
    
     
    
     
    
    
            Jadi Al-Qur’an menjelaskan bahwa Isa memiliki kekuasaan untuk menciptakan 
    sesuatu dari tanah liat, yang menurut beberapa orang sama dengan merubah tongkat 
    Nabi Musa menjadi ular.  Kendatipun 
    penapsir Al-Qur’an yang cermat membuktikan 
    bahwa ini bukan hal yang dimaksudkan.  Dalam Al-Qur’an, 
    Allah bertanya kepada Musa:
    
     
    
    
Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?  
    Musa menjawab: “Inilah tongkatku, alat untuk aku bertelekan, juga untuk 
    pemukul dahan-dahan kayu supaya daunnya berguguran untuk makanan kambingku, 
    dan banyak lagi keperluanku yang lain dengan tongkat ini.  
    Allah berfirman: “Lemparkanlah tongkat itu, hai Musa”.  
    Segera Musapun melemparkan tongkatnya, serta merta tongkat itu menjelma 
    jadi seekor ular yang merayap dengan lincah.
    
    [43]
    
    
    
     
    
    
            Ketika melihat ular itu melingkar yang 
    dirubah dari tongkat, Musa berbalik dan lari dengan ketakutan.  Tetapi Allah memanggilnya seraya mengatakan: 
    “Musa jangan takut”.
    
    [44]
    
    
            Dalam kejadian di atas, Allah melakukan 
    mujizat untuk meyakinkan Musa akan kekuasaan-Nya.  Ketika Musa melemparkan tongkatnya ia tidak 
    mengharapkanny amenjadi ular, ketika ternyata menjadi ular, ia lari dengan 
    ketakutan.  Jelas dalam kejadian ini, 
    bukan Musa yang keluarkan langkah pertama, tetapi Allah-lah yang melakukan 
    perubahan itu.
            Mujizat yang sama juga dilakukan di 
    depan Firaun ketika Allah “memberikan wahyu kepada Musa, “lemparkan tongkatmu”.  
    Sekonyong-konyong Ular (tongkat) itu menelan semua ular mereka.”
    
    [45]
    
    
            Dalam kejadian tersebut, Musa tidak 
    melakukan apa-apa lagi kecuali mentaati perintah Allah seperti sebelumnya.  Allah menyuruhny untuk melemparkan tongkatnya 
    dan Musa menurut saja.  Jadi yang berinisiatip 
    adalah Allah bukannya Musa.  Memang 
    itulah sifat-sifat bagaimana Allah memberikan mujizat kepada Musa, seperti 
    yang bisa dilihat dari berbagai kejadian lainnya.  Contohnya, sewaktu Bani Israil sedang haus, 
    ada perintah Allah menyuruh Musa untuk memukul batu
    
    [46]
    
    , dan ketika mereka keluar dari Mesir sebelum menyebrangi 
    laut  Allah  memerintah Musa untuk 
    memukulkan tongkatnya pada air laut ‘...lalu belahlah laut itu, sedangkan 
    masing-masing belahannya seperti gunung yang besar’.
    
    [47]
    
    
            Dalam setiap kejadian-kejadian tadi, 
    Allahlah yang menjadi pembuat inisiatip.  
    Bukan Musa yang mengendalikan waktu dan cara bagaimana mujizat bisa 
    dilakukan, tetapi Allahlah yang melakukannya.
            Ketika Isa melakukan penciptaan, Allah 
    membiarkan Isa melakukan inisiatip sendiri dalam melakukan mujizatnya dan 
    memberikan hidup.  Ayat Al-Qur’an menggambarkan kegiatan-kegiatan 
    Isa dalam pengertian berikut:
    
     
    
    
Aku ini datang kepadamu membawa tanda mujizat 
    dari Tuhanmu yaitu aku dapat membuat dari tanah liat ini rangka burung untuk 
    kalian, kemudian aku tiup lalu menjadi seekor burung dengan izin Allah.  Dan aku sanggup menyembuhkan orang buta, penyakit 
    kusta, dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah.  Lagi pula aku dapat memberitahukan kepada kalian 
    apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di rumah kalian masing-masing. 
    Semua ini adalah menjadi tanda buat kalian, kalau kalian benar-benar beriman.
    
    [48]
    
    
    
     
    
    
            Isa tidak disuruh Allah menghidupkan 
    orang yang mati atau menyembuhkan orang buta sebagaimana Musa.  Tetapi Allah melebihkan Isa dengan kekuasaan 
    yang diberikan-Nya mempunyai hak berinisiatip. Musa tidak meniupkan sesuatu 
    roh pada tongkatnya supaya menjadi ular, tetapi Isa meniupkan roh pada tanah 
    dan jadilah makhluk hidup darinya.  
            Ibn ‘Arabi, seorang penulis Sufi agung 
    dalam menjawab pertanyaan berikut, “Dengan cara bagaimana Allah membedakan 
    setiap rasul?”, ia menjawab:
    
     
    
    
Allah memberikan Adam pengetahuan an Nama-nama Agung, kepada Musa dengan 
    berbicara kepadanya dan dengan Taurat, dan membedakan Rasulullah [Muhammad] 
    apa yang Muhammad sebutkan sendiri  “Ia 
    diberikan kebesaran berbicara”.  Kepada 
    Isa Allah membedakannya dengan  roh, 
    ditambah dengan meniupkan roh pada yang ia ciptakan dari tanah, itu hanya 
    kepada Isa saja,dan Allah tidak menambah kuasa untuk memberi kehidupan melalui 
    hembusan  kepada rasul yang lain kecuali 
    Isa, selain dari diri Allah Yang Maha Tinggi sendiri. 
    
    [49]
    
    
    
    
    
    
            Penciptaan makhluk hidup tidak begitu 
    saja diberikan kepada nabi-nabi lainnya, tetapi hanya kepunyaan Allah semata 
    dan hanya diberikan kepada Isa Al Masih.
    
     
    
    
    
     
    
    
Kemampuannya untuk Menghidupkan yang Mati 
    
     
    
    
            Al-Qur’an 
    menyatakan dengan jelas bahwa Isa menghidupkan orang mati:
    
     
    
    
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya menulis dan 
    membaca Kitab-kitab Suci, ilmu kebijaksanaan, taurat dan Injil ...dan menghidupkan 
    orang mati dengan izin Allah. ... Semua ini adalah menjadi tanda buat kalian, 
    kalau kalian benar-benar beriman.
    
    [50]
    
    
    
     
    
    
            Hadis juga mendukung kenyataan ini 
    dengan menyebutkan nama-nama orang yang dibangkitkan kembali oleh Isa Al Masih 
    bahkan setelah tubuhnya membusuk. Para mufasir setuju bahwa kekuasaan untuk 
    menghidupkan orang mati adalah keMaha-Kuasaan Allah; yang kepunyaan Allah 
    sendiri saja. Al-Qur’an menyatakan:
    
     
    
    
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami sambil melupakan 
    penciptaannya semula.  Ia bertanya: 
    “Siapa pulakah yang dapat menghidupkan kembali tulang-belulang yang telah 
    hancur?”  Jawablah: “Yang dapat menghidupkannya 
    kembali, ialah Allah yang telah menciptakannya dahulu untuk yang pertama kalinya.  
    Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk”.
    
    [51]
    
     
    
     
    
    
            Karena Allah sebagai Pencipta atau 
    Sumber Hidup, maka Dia sendiri yang bisa menghidupkan orang yang mati.  Suyuti dalam ulasannya menghubungkan dua kejadian 
    Isa menghidupkan orang yang mati dengan penekanan yang khusus – atas suara 
    Isa.  Dalam kasus pertama Isa membangkitkan 
    Sam anak Nabi Nuh:
    
     
    
    
Bani Israil datang kepada Isa memohonnya sambil 
    berkata: “Sam anaknya Nuh dikuburkan di sini, tidak jauh.  Mohonlah kepada Allah untuk menghidupkannya 
    kembali.  Isa kemudian memanggilnya 
    dengan satu teriakan dan Sam keluar dari kubur dengan rambut beruban.  Orang-orang 
    berseru: “Ia meninggal ketika ia masih muda, mengapa rambutnya jadi putih?” Sam menjawab: “Ketika aku mendengar 
    suara Isa, aku pikir ‘satu teriakan’”.
    
    [52]
    
    
    
     
    
    
            Dalam kasus kedua, Isa membangkitkan 
    saudara laki-lakinya:
... Ketika Isa diberitahu di mana kuburannya, 
    Ia memanggilnya dengan teriakan satu kali, saudara laki-lakinya keluar dengan 
    rambut beruban/putih ... Isa bertanya kepadanya: 
    ‘Apa yang terjadi kepadamu?’ Dia menjawab: ‘Aku mendengar suaramu dan aku 
    pikir itu sebagai ‘satu teriakan’.
    
    [53]
    
    
    
     
    
    
            Dari dua cerita di atas, kita bisa 
    melihat suara Isa dipahami sebagai suatu teriakan yang akan membangkitkan 
    orang mati di Hari Kiamat.  Orang-orang 
    yang dibangkitkan memahami hal itu dan sampai rambut mereka berubah menjadi 
    putih.
            Acuan ini terdapat dalam Al-Qur’an 73:17:
    
     
    
    
Mana bisa kamu akan dapat menyelamatkan diri dari 
    “huru-hara goncangan suatu hari”, di mana anak-anak dapat beruban karena memikirkan kedahsyatannya 
    kalau kamu tetap saja kafir.
    
     
    
    
            Dan dalam Al-Qur’an juga disebutkan pada 38:15: “Mereka tiada menanti, melainkan 
    suatu teriakan yang tidak dapat ditarik kembali”.
            Ibn ‘Arabi, dalam Fusus Al-Hikam, mengatakan tentang Isa 
    menghidupkan kembali orang yang mati:
    
     
    
    
Katanya, ketika ia menghidupkan orang yang mati, 
    memang dia dan bukan dia (yakni, yang bisa menghidupkan berkat kekuasaan Allah) 
    dan orang yang menyaksikan tercengang seorang manusia bisa menghidupkan kembali 
    orang yang mati, sementara dengan sifatnya yang agung menghidupkan orang hanya 
    dengan suatu teriakan ... orang-orang yang menyaksikannya tetap bingung karena 
    melihat tindakan yang agung itu dilakukan oleh seseorang yang berbentuk manusia 
    (yaitu Isa).
    
    [54]
    
    
    
     
    
    
            Qashani mengulas kata-kata Ibn ‘Arabi 
    tersebut sebagai:
    
     
    
    
Kebingunan timbul ... begitu orang melihat seorang 
    manusia tanpa suatu keraguan dan dari dirinya muncul sifat yang agung; yakni 
    menghidupkan orang yang mati, dengan satu teriakan memohon berkat Allah.  
    Baginya (Isa) biasa berkata kepada orang yang mati “Hidup! Bangkitlah 
    dengan izin Allah atau dengan Nama Allah, atau dalam Allah’; dan orang mati 
    akan bangkit dan sambil menjawab, “Inilah aku, siap melayani (atau mengabdi)”.
    
    [55]
    
    
    
     
    
    
            Dalam 
    Hadis yang dikutip oleh Suyuti, Isa membangkitkan Sam dan saudara laki-lakinya 
    hanya dengan suatu teriakan, bukan dengan doa.  
    Ia memanggil mereka dari dunia mati ke dalam dunia hidup kembali seperti 
    memanggil seseorang dari satu kamar ke kamar yang lainnya.  Isa memiliki kewenangan atas dunia kematian. 
    Al-Qur’an tidak menyebutkan ada 
    nabi lain yang bisa menghidupkan orang mati dengan atau tidak seizin Allah.
    
     
    
    
 PENGAKUAN 
    ALLAH ADALAH LEBIH AGUNG
    
     
    
    
    
     
    
    
Para 
    Nabi Menulis tentang Dia 
    
     
    
    
Di 
    Bahagian Pertama kita sudah melihat bahwa jelas nabi-nabi sungguh-sungguh 
    memperlihatkan pada dua tokoh yang penting.  
    Mereka bernubuat tentang Al Masih yang benar sambil memperingatkan 
    akan Al Masih palsu, yakni si Dajjal.  Razi 
    mengatakan bahwa menurut para akhli pikir Muslim:
    
     
    
    
Isa 
    disebut sebagai Firman Allah, karena telah dinubuatkan tentang dirinya dalam 
    Kitab-kitab Suci nabi-nabi sebelumnya.
    
    [56]
    
    
    
     
    
    
Sebaliknya, Hadis memperingatkan akan datangnya 
    si Dajjal, Al Masih yang palsu yang nabi-nabi peringatkan pula kepada bangsa/umatnya, 
    seperti halnya Nabi Nuh peringatkan:
    
     
    
    
Aku peringatkan terhadap dia dan tidak ada satu orang nabipun yang tidak 
    memperingatkan umatnya terhadap si Dajjal.  
    Bahkan Nabi Nuhpun mewanti-wantikan.
    
    [57]
    
    
    
     
    
    
            Isa 
    tidak dinubuatkan hanya sambil lalu saja oleh satu atau dua orang nabi.  Tetapi nubuat akan dia sangat jelas, banyak, 
    dan spesifik bahwa ia disebut sebagai Firman Allah.  Nabi-nabi hanya bisa mengatakannya karena semata dikomunikasi oleh 
    Allah, sehingga sangat jelas bahwa nabi-nabi sebelum dia meramalkan atau bernubuat 
    akan dia. Tidak ada nabi lain yang mendapat perlakuan dan perhatian Ilahi 
    yang sangat agung.
            Jika 
    perhatian seperti itupun diberikan kepada si Dajjal, itu adalah karena si 
    Dajjal mewakili kegelapan dan penipuan yang luar biasa dalam sejarah umat 
    manusia. Sedangkan perhatian yang serupa diberikan kepada Isa adalah karena 
    ia mewakili yang sebaliknya.  Perhatian 
    nubuatan agung yang diberikan kepada Isa adalah karena dia merupakan suatu 
    manifestasi teragung nur/cahaya dan kebenaran yang ilahi dalam sejarah umat 
    manusia.
            Jika 
    iblis dan orang kafir dengan kuatnya menentang Isa, para nabi yang diberi 
    wahyu oleh Allah mengakui akan kekuasaan dan kepentingannya.  Nabi Yahya ialah salah satu contohnya.
    
     
    
    
Al Masih Disujud ketika masih 
    dalam Kandungan 
    
     
    
    
Isa 
    adalah satu-satunya nabi yang dijunjung tinggi selagi ia masih dalam kandungan 
    ibunya.  Para mufasir sepakat bahwa 
    Nabi Yahya adalah orang pertama yang percaya bahwa Isa adalah Firman Allah.
    
    [58]
    
      Sebenarnya ia melakukan hal itu 
    sementara mereka masih dalam kandungan ibu mereka. Razi melaporkan ceritera 
    berikut yang juga dilaporkan oleh Ibn Khatir:
    
     
    
    
... Ibu Isa bertemu dengan Ibunya yahya, keselamatan bagi mereka. Kedua 
    ibu itu sedang hamil: yang satu mengadung Isa; yang satu lagi mengadung Yahya.
Ibu Yahya bertanya kepada Maryam, “Engkau rasakan ada bayi dalam kandunganku?” 
    Maryam berkata: “Aku juga sedang mengandung.” Maka isteri Nabi Zakaria berkata: 
    “Aku menemukan bahwa bayi di dalam kandunganku bersujud kepada bayi dalam 
    kandunganmu”.
Inilah yang diartikan pengakuan Yahya atas percayanya kepada Isa sebagai 
    Firman Allah, yang ditemukan dalam Al-Qur’an 
    3:39 ... Yahya akan mengakui kerasulan Isa yang dilahirkan dengan Kalimat-Cipta 
    daripada Allah.
    
    [59]
    
    
    
     
    
    
            Ibn 
    Abbas mengakui kebenaran kepercayaan itu ketika ia mengatakan bahwa Yahya 
    lebih tua enam bulan dari Isa, dan ialah yang pertama kali percaya dan mengakui 
    Isa sebagai Firman Allah dan Roh Allah.
    
    [60]
    
    
            Meskipun 
    Yahya adalah seorang nabi yang besar
    
    [61]
    
     yang disebut sebagai seorang sayed
    
    [62]
    
     dalam Al-Qur’an (artinya ‘pemimpin orang-orang 
    beriman’,
    
    [63]
    
     dan ‘orang penting sebagai penguasa dan pemimpin anutan 
    dalam agama’)
    
    [64]
    
    , ia bersujud di dalam kandungan ibunya kepada Isa. Yahya 
    adalah juga enam bulan lebih tua dari Isa.  
    Menurut kebiasaan atau adat, sebenarnya Isa yang seharusnya bersujud 
    kepada Yahya karena ia lebih muda, tetapi dalam hal ini sebaliknya Yahya yang 
    bersujud kepada Isa.
             Adalah menarik untuk diperhatikan bahwa kita 
    tidak diberitahu bahwa Isa percaya atau mengakui Yahya adalah seorang nabi, 
    tetapi kita diberitahu bahwa meskipun Yahya lebih tua daripada Isa, dialah 
    orang yang pertama sekali mengakui Isa adalah Firman Allah.  Meskipun keduanya adalah nabi, Yahya bersujud 
    kepada Isa.  Isa patut mendapatkan 
    penghargaan dan hormat yang lebih tinggi daripada seorang nabi karena ia lebih 
    tinggi tingkatannya daripada nabi.  Ia 
    adalah Firman Allah.
    
     
    
    
Al 
    Masih Diberi Wahyu yang Sempurna 
    
     
    
    
Al-Qur’an menyebutkan Isa sebagai telah diajarkan oleh Allah seluruh firman yang 
    telah diwahyukan Allah:
    
     
    
    
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya menulis dan membaca Kitab-kitab Suci, 
    ilmu kebijaksanaan, Taurat dan Injil.
    
    [65]
    
     
    
     
    
    
            Mengulas 
    pada ayat ini, Razi mengatakan bahwa:
    
     
    
    
Ia yang mengetahui rahasia Kitab yang Allah Maha Tinggi wahyukan, kemudian 
    Allah mewahyukan kitab lainnya setelah itu, dan menjelaskan dengan terang 
    kepadanya semua rahasia-Nya, yang merupakan tujuan akhir, pemahaman yang sangat 
    tinggi dan penguasaan rahasia-rahasia intelektual dan keagamaan, dan pengetahuan 
    akan kebijaksanaan atau hikmah baik yang rendah maupun yang tinggi derajatnya.
    
    [66]
    
    
    
     
    
    
            Baidawi menjelaskan bahwa ‘Kitab’ yang 
    disebutkan dalam ayat tersebut merupakan “kata asli untuk Kitab-kitab yang 
    telah diwahyukan”.  Menurut penyataan 
    Al-Qur’an “Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil” 
    sudahlah sempurna dan tidak ada lagi yang perlu ditambahkan, yang artinya 
    mencakup semua firman Allah yang diwahyukan.
            Jelaslah 
    dari pernyataan di atas bahwa tidak ada nabi-nabi lain yang diberikan wahyu 
    secara total dari Kitab-kitab Suci kecuali yang diberikan kepada Isa Al Masih.
    
     
    
    
    
     
    
    
Al 
    Masih Diperkuat oleh Roh Suci
    
     
    
    
Sifat menonjol yang lainnya dari Isa ialah bahwa 
    ia sendiri diakui dan dikuatkan oleh Roh Suci.  Isa selalu terus-terusan didampingi oleh Roh Suci dari mulai ia 
    dalam kandungan sampai ia diangkat ke syurga.  
    Sebagaimana Al-Qur’an menyatakan:
    
     
    
    
Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa lalu Kami iringi 
    sesudahnya beberapa orang Rasul dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam 
    beberapa keterangan-keterangan mujizat, serta Kami perkuat dia dengan Roh 
    Suci.
    
    [67]
    
     
                
    
     
    
    
            Razi 
    mengulas ayat ini sebagai berikut:
    
     
    
    
Hak istimewa dari Jibril (yakni Roh Suci) kepada Isa merupakan sifat atau 
    ciri yang menonjol, sehingga dia satu-satunya nabi di antara para nabi yang 
    dibedakan.
    
    [68]
    
    
    
     
    
    
            Kemudian 
    Razi mengatakan tentang Malaikat Jibril:
    
     
    
    
... yang menyampaikan kabar baik kepada Maryam tentang kelahiran Isa dan 
    kehamilannya ditiupkan Malaikat Jibril; ia yang menyertai Isa dalam situasi 
    apapun dan ia selalu menyertai gerak-gerinya setiap saat ke manapun Isa pergi.
    
    [69]
    
    
    
     
    
    
            Jelaslah 
    bahwa Roh Suci menyertai Isa dan sebagai kekuasaan yang mengawasi Isa sepanjang 
    hidupnya.  Sebagaimana Razi katakan, 
    Malaikat Jibril tidak meninggalkan Isa sesaatpun.
    
    [70]
    
    
            Di 
    lain pihak, Nabi Muhammad hanya dikunjungi atau didatangi oleh Malaikat Jibril.  
    Satu saat ia bertanya kepada Malaikat Jibril, ‘Apakah yang menahan 
    anda tidak sering mengunjungi kami sekarang?’ Untuk pertanyaan tersebut, Malaikat 
    Jibril menjawab: ‘Kami malaikat-malaikat turun ke bumi hanya karena perintah 
    Tuhanmu’.
    
    [71]
    
    
            Isa 
    didampingi oleh Roh Suci secara kekal tanpa gangguan atau interupsi.  Untuk memahami kebersamaan Isa dan Roh Suci 
    kita perlu mengetahui tentang tempat Roh Suci (Jibril) di Kerajaan Allah.
            Menurut 
    Razi, Malaikat Jibril adalah pemimpin dari semua pemimpin malaikat yang sangat 
    tinggi di antara malaikat.  Kedudukannya 
    dilengkapi dengan hak-hak istimewa tertentu dan tanggung-jawabnya yang diberikan 
    Allah kepada Malaikat Jibril.
    
     
    
    
Pertama, Malaikat Jibril diberikan kepercayaan untuk menyampaikan pesan-pesan 
    Allah kepada para nabi.
    
    [72]
    
    
                Kedua, Allah Yang 
    Maha Tinggi menyebutkan Malaikat Jibril dalam Al-Qur’an sebagai memiliki kedudukan yang terdepan di antara para 
    malaikat.  Malaikat Jibril adalah pemimpin 
    malaikat yang berwenang memberikan inspirasi atau ilham dan pengetahuan, sementara 
    Malaikat Mikail yang berwenang memberikan makanan dan kehidupan.  
    Karena pengetahuan atau ilmu adalah merupakan makanan roh, maka lebih 
    mulia daripada makanan yang berbentuk fizikal .  
    Jadi Malaikat Jibril lebih tinggi harkatnya daripada Malaikat Mikail.
                Ketiga, Allah membuat 
    Malaikat Jibril mendapatkan kedudukan 
    kedua dari-Nya.
                                
    Keempat, Allah menyebutnya sebagai Roh Suci.
                Kelima, Malaikat Jibril 
    diberikan kekuasaan untuk memenagkan umat yang berada di pihak Allah dan menghancurkan 
    umat yang memusuhi Allah.
                Keenam, Allah memuji 
    Malaikat Jibril dengan mengatakan: ‘Sesungguhnya Jibril itu, berdaya ingatan amat kuat, di samping berkedudukan tinggi di sisi Allah yang 
    mempunyai Singgasana, disegani antara 
    sesama malaikat, bahkan sangat dipercaya’ 
    (Al-Qur’an, 81:20, 21).  Oleh karena itu, misi Malaikat Jibril adalah 
    sebagai rasul Allah bagi semua nabi...daerah 
    kekuasaannya (‘umah) adalah para 
    semua nabi.  Ia mulia dihadapan Allah 
    karena Allah membuat dia sebagai perantara antara Allah sendiri dengan abdi-abdi-Nya 
    yang mulia...yakni para nabi.  Allah memberikan kedudukan kedua dari-Nya ... Malaikat Jibril adalah 
    Imam dan Teladan dari para malaikat.  
    Ia terpercaya.
    
    [73]
    
     
    
     
    
    
            Kita 
    bisa mengambil kesimpulan dari keterangan di atas bahwa Roh Suci, yakni Malaikat 
    Jibril, sebagai Pemimpin dan Imam dari semua malaikat.  Ia lebih mulia dari Malaikat Mikail, di mana 
    ia mendapatkan kedudukan yang tertinggi karena ia menempati kedudukan kedua 
    dari Allah Yang Maha Tinggi, dan ia adalah pesuruh bagi nabi-nabi, yakni dari 
    seorang nabi kepada nabi-nabi yang lain.
            Karena 
    Isa tidak berdosa, ia selalu disertai Roh Suci. Andaikan ada cela dalam diri 
    Isa, maka Roh Suci sudah tentu akan meninggalkannya paling sedikit selama 
    saat tertentu dalam hidupnya.  Tetapi 
    Isa terus-terusan menjadi pusat perhatian pemimpin malaikat (Jibril) yang 
    mempunyai kedudukan kedua setelah Allah Yang Maha Tinggi.  Inilah suatu kehormatan yang unik yang hanya dimiliki oleh Isa Al 
    Masih.
    
     
    
    
    
     
    
    
Al 
    Masih Berkedudukan dekat dengan Allah 
    
     
    
    
Razi mengatakan bahwa roh Isa Al Masih sebagai:
    
     
    
    
suci, tinggi, mulia, terang benderang dengan nur cahaya ilahi, dan sangat 
    besar kedekatannya dengan roh-roh malaikat (atau sangat banyak mirip dengan 
    roh para malaikat).
    
    [74]
    
     
    
     
    
    
            Al-Qur’an tidak mengatakan bahwa roh Isa 
    sama dengan roh para malaikat, tetapi Isa lebih dekat di sisi Allah sendiri.  
    Ungkapan Razi mengandung arti bahwa roh Isa lebih dekat dengan malaikat, 
    tetapi Al-Qur’an mengungkapkan bahwa Isa berada dekat di sisi tiada yang 
    lain kecuali Allah. Kami baca dari Al-Qur’an, 
    3:45-47 bahwa para malaikat berkata kepada Maryam:
    
     
    
    
Dan ingat pulalah ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam!  Sesungguhnya Allah menyampaikan berita gembira 
    dengan sebuah Kata Cipta daripada-Nya, namanya Al Masih Isa bin Maryam, orang 
    terhormat di dunia dan di akhirat, termasuk orang-orang yang dekat kepada 
    Allah.
    
     
    
    
Pengungkapan Razi dari arti kedudukannya dekat 
    dengan Allah memberikan gambaran yang jelas dari kedekatannya ini:
    
     
    
    
Pujian ini sama besarnya dengan pujian yang diberikan kepada malaikat, 
    sehingga Allah dengan keterangan ini telah memberikan peringkat atau derajat 
    Isa sama dengan derajat dan mendapat kedudukan yang sama dengan para malaikat.
    
    [75]
    
    
    
     
    
    
            Adalah 
    penting untuk diketahui bahwa para malaikat yang disebutkan dalam ulasan Razi 
    bukanlah malaikat biasa, tetapi mereka adalah malaikat-malaikat yang berada 
    di sekitar Takhta Allah.  
            Sampai 
    di mana dekatnya Isa dengan Allah?  Jawabannya 
    secara jelas ditemukan dalam kenyataan bahwa Allah mengirimkan yang terdekat 
    kepada-Nya yakni Roh Suci (Jibril) untuk berada dalam diri Isa.  
    Allah tidak mengirim Mikail atau Isofil tetapi hanyalah Pemimpin atau 
    Imam dari semua malaikat, dan orang yang terdekat dengan Yang Maha Tinggi.
            Menurut 
    Razi, Malaikat Jibril bukan hanya dekat dalam kedudukan atau kepangkatannya, 
    tetapi juga Malaikat Jibril berhubungan sangat dekat sekali dengan Allah.  Dalam penjelasannya tentang arti ungkapan ‘Roh 
    Kami’
    
    [76]
    
     , Razi menulis:
    
     
    
    
Dia (Allah) menyebut dia (Jibril) sebagai Roh-Nya karena dia sumber kehidupan 
    agama atau menunjukkan kasih-Nya dan kedekatan-Nya kepada dia, seperti mungkin 
    anda mengungkapkan kasih sayang kepada yang paling anda cintai sebagai ‘engkau 
    adalah nyawaku atau jiwaku’.
    
    [77]
    
    
    
     
    
    
            Jadi 
    Malaikat Jibril tinggi derajatnya dengan Allah dan paling dikasihi Allah.  Hak istimewa Allah kepada Malaikat Jibril untuk 
    menyertai Isa merupakan suatu petanda betapa berharganya Isa pada Allah atas 
    nilai karunia yang diterima oleh yang menerimanya.  Tidak ada yang paling berharga daripada kekekalan 
    penyertaan Roh Suci, kecuali Hadirat Allah itu sendiri.
    
     
    
    
    
     
    
    
Al 
    Masih Diangkat dekat ke Sisi Allah 
    
     
    
    
Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa Isa diangkat di sisi Allah dan ia hidup 
    sekarang:
    
     
    
    
...Mereka membunuhnya dengan keraguan ...Tetapi yang sebenarnya Allah telah 
    mengangkat derajat Isa ketempat yang mulia.  Dan adalah Allah Maha Perkasa dan Bijaksana
    
    [78]
    
    
...Allah berfirman: ‘Hai Isa! Aku akan mewafatkanmu, dan mengangkat derajatmu 
    di sisi-Ku, serta membersihkanmu dari tuduhan orang-orang kafir.  Dan pengikut-pengikutmu akan Aku jadikan lebih 
    mulia daripada orang-orang kafir sampai pada hari kiamat.
    
    [79]
    
    
    
     
    
    
            Al-Qur’an juga menggunakan perkataan “mengangkat” 
    atau “meninggikan” yang ada kaitannya dengan Nabi Muhammad:
    
     
    
    
Dan Kami angkat keharuman namamu?
    
    [80]
    
    
    
     
    
    
            Dalam 
    kenyataan ini, kemashuran Nabi Muhammad yang diangkat, bukannya diri Nabi 
    Muhammad itu sendiri.
            Kata 
    “ditinggikan” juga digunakan dengan kaitannya dengan Nabi Idris yang menurut 
    cerita telah ‘diangkat ... ke atas tempat yang tinggi’.
    
    [81]
    
     Tempat mana yang diperuntukkan bagi Nabi Idris tidaklah 
    diketahui.  Di samping itu, secara faktanya ia diangkat 
    ke suatu ‘tempat’ yang mengindikasikan tempat secara jasmani bukannya secara 
    rohaniah .  Razi mengatakan bahwa arti 
    yang diinginkan utama adalah ‘ditinggikan’ karena pengangkatan Nabi Idris 
    diasosiasikan dengan tempat secara jasmani dan bukannya derajatnya.
    
    [82]
    
      Namun dalam hal Isa, Al-Qur’an menyatakan bahwa:
...Allah berfirman: ‘Hai Isa! Aku akan mewafatkanmu, dan mengangkat derajatmu 
    di sisi-Ku, serta membersihkanmu dari tuduhan orang-orang kafir.  Dan pengikut-pengikutmu akan Aku jadikan lebih 
    mulia daripada orang-orang kafir sampai pada hari kiamat.
    
    [83]
    
    
            
            Jelas 
    sekali, Isa tidak diangkat ke tempat yang tinggi seperti Nabi Idris, tetapi 
    ia diangkat ke sisi Allah. Razi mengulas ayat Al-Qur’an 
    4:158:
    
     
    
    
Pengangkatan Isa ... yang teruji dalam ayat ini dan kesamaannya dalam Al-Qur’an 3:55 itu membuktikan bahwa pengangkatan 
    Isa ke sisi Allah merupakan suatu karunia yang nilainya lebih bessar daripada 
    Firdaus itu sendiri dan kenikmatan-kenikmatan jasmani. Dan ayat itu sendiri 
    membukakan kepada anda pintu ilmu/pengetahuan akan kesukacitaan rohaniah .
    
    [84]
    
     
    
     
    
    
            Justru, 
    menurut Razi, pengangkatan Isa ke sisi Allah itu lebih agung daripada Firdaus, 
    dengan segala yang terdapat dalam ratusan tingkatnya,
    
    [85]
    
     baik tingkat yang paling bawah maupun yang tertinggi.  
    Dan apakah yang lebih besar dari Firdaus dan segala kenikmatan-kenikmatan 
    jasmaninya?  Jawabannya ialah: Hadirat 
    Allah.
    
    [86]
    
    
            Razi 
    menambahkan lagi artinya ayat “Dan mengangkat derajatmu di sisi-Ku” sebagai 
    “Aku mengangkat derajatmu dalam Hadirat Kemuliaan-Ku”,
    
    [87]
    
     kemuliaan yang tertinggi untuk selama-lamanya.  
    Tidak seperti Nabi Idris. Isa tidak diangkat ke suatu tempat, karena 
    ayat di atas tidak menyebutkan nama sesuatu tempat.  Sebaliknya, ayat itu berulangan menyatakan Isa telah “diangkat ke 
    sisi Allah’, atau (seperti yang Razi nyatakan), ‘Isa telah diangkat ke Hadirat 
    Kemuliaan Allah’ – yakni, untuk bersama Allah.  
    Ia lebih tinggi dari segala sesuatu. Semasa hayatnya di bumi, Isa dibedakan 
    dan dikasihi dengan kehadiran terus-terusan Roh Allah.  Dan kini ia menikmati yang terunggul: Allah 
    sendiri.
    
     
    
    
    
     
    
    
Al 
    Masih Sebagai Pengetahuan Hari Kiamat 
    
     
    
    
Keterangan ini telah dibahas di Bahagian Pertama 
    tetapi kita akan membahas secara singkat beberapa pandangan yang relevan pada 
    Bahagian ini.  Meskipun Hadis mengungkapkan 
    beberapa tanda-tanda tentang Hari Kiamat, Al-Qur’an secara tegas mengakui bahwa Isa 
    sebagai pengetahuan saat Hari Kiamat:
    
     
    
    
Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar 
    memberikan pengetahuan kepadamu tentang terjadinya kiamat, karena itu janganlah 
    kamu ragu-ragu tentang Kiamat itu, dan ikutilah petunujk-Ku.  Inilah jalan yang lurus.
    
    [88]
    
     
    
     
    
    
            Beberapa 
    mufasir mengatakan bahwa dalam ayat ini sebagai pengetahuan akan Hari Kiamat 
    ialah Al-Qur’an itu sendiri.  Namun demikian mayoritas mufasir yang ternama 
    mengatakan bahwa ayat itu mengacu ke Isa, di mana penjelasannya sebagai berikut:
    
     
    
    
Adalah ia, yang berarti Isa, yang merupakan suatu syarat Hari Kiamat diketahui.
    
    [89]
    
    
    
     
    
    
Saat-saat akhir ini diketahui oleh kemunculannya, yakni kemunculan Isa 
    Al Masih, pengetahuan tentang Hari Kiamat.
    
    [90]
    
    
    
     
    
    
Ia (Isa) adalah tanda atau petanda akhir jaman atau ia sebagai saat-saat 
    Hari Kiamat atau ia sendiri sebagai suatu syarat atau pensyaratan atas kejadian 
    tersebut.
    
    [91]
    
    
    
     
    
    
            Menurut 
    penyataan-penyataan tadi, Isa sebagai suatu tanda dan persyaratan atas kejadian 
    Hari Kiamat.
            Beberapa 
    orang mengatakan bahwa ia adalah pengetahuan Hari Kiamat, karena mujizatnya 
    yang besar.  Shokani, dalam Fath al-Qadeer mengatakan bahwa:
    
     
    
    
...kelahiran Isa dari seorang perawan, dan bangkitnya dari kematian adalah 
    sebagai bukti atas kebenaran kebangkitan kembali yang terakhir.
    
    [92]
    
    
    
     
    
    
            Ibn-Khatir 
    mengatakan bahwa:
    
     
    
    
Mujizat Allah yang diperlihatkan dengan perantaraan tangan Isa Al Masih 
    dalam menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang sakit, merupakan bukti 
    yang cukup kuat bagi kepastian Hari Kiamat.
    
    [93]
    
    
    
     
    
    
            Ibn-Khatir 
    kemudian menolak pendapat bahwa ayat ini menyebutkan tentang Al-Qur’an sebagai petanda Hari Kiamat:
    
     
    
    
Yang benar ayat yang dimaksudkan mengacu kepada Isa Al Masih, karena konteks 
    dari ayat itu adalah mengenainya, yang artinya bahwa Isa akan datang sebelum 
    Hari Kebangkitan.
    
    [94]
    
     
    
     
    
    
            Dalam 
    ulasannya pada Bahagian kedua ayat tersebut, Ibn-Khatir mengatakan:
    
     
    
    
Janganlah ragu dan meragukan, karena ia pasti akan terjadi.
    
    [95]
    
    
    
     
    
    
            Jadi, 
    baik Shokani maupun Ibn-Khatir mengatakan bahwa mujizat-mujizat Isa Al Masih 
    menghilangkan setiap keraguan tentang kenyataan Hari Kiamat.  Beberapa orang mungkin menyangkal kepastian 
    akan Hari Kiamat tersebut tetapi Al-Qur’an 
    dengan secara lugas menyatakan bahwa Isa Al Masih merupakan harapan akan kebangkitan 
    kembali dan pembalasan dari Allah yang setimpal baik berupa hukuman ataupun 
    imbalan.
    
     
    
    
    
     
    
    
Al 
    Masih, Orang yang Terpilih oleh Allah dalam Pertempuran Terakhir 
    
     
    
    
Hadis berulangkali mengatakan tentang si Dajjal 
    yang akan munculsebelum Hari Kiamat, yang menyebabkan banyak masalah di dunia 
    dan ia mengakui dirinya sebagai Allah Yang Maha Besar.  Sebuah Hadis mengatakan:
    
     
    
    
Tidak ada kekacauan atau masalah yang diciptakan sebanyak apa yang terjadi 
    di waktu kehadiran si Dajjal kalau dihitung dari mulai Nabi Adam diciptakan 
    sampai Hari Kiamat.
    
    [96]
    
    
    
     
    
    
            Diakui 
    bahwa Hazifah orang yang paling dipercaya, mengatakan bahwa:
    
     
    
    
Bila Al Masih palsu muncul ke dunia bahkan manusia di dalam kuburpun akan 
    beriman kepadanya.
    
    [97]
    
    
    
     
    
    
            Al-Qadi 
    Abu Bakar Ibn al-‘Arabi (534 H) pula mengatakan:
    
     
    
    
Hadis-hadis yang menyebutkan si Dajjal (dalam Sahih Muslim) dan yang lainnya 
    adalah merupakan bukti bagi para pengikutnya, yakni para pengikut Kebenaran 
    akan adanya realitas tersebut dan si Dajjal adalah orang khusus dimana atas 
    pengetahuan Allah umat manusia akan menderita karenanya.  Allah akan membuat si Dajjal memanifestasikan 
    beberapa kuasa Allah Yang Maha Besar seperti membangkitkan lagi orang mati 
    yang ia bunuh, bumi tumbuh subur atas kuasanya, Firdaus dan Nerakanya berupa 
    dua sungai, disertai dengan melimpah ruahnya bumi, ia bisa menyuruh langit 
    untuk menurunkan hujan dan bumi jadi subur karenanya.
    
    [98]
    
      
    
     
    
    
            Namun 
    Hadis juga mengungkapkan Isa akan datang untuk membunuh si Dajjal, dan ia 
    datang untuk menegakkan kedamaian dan memulihkan keimanan mereka untuk beriman 
    kepada Allah yang sesungguhnya.  Hal 
    ini telah diterangkan dalam Bahagian "Kembalinya 
    'Isa di Akhir Zaman" diatas.
            Jadi 
    menurut Hadis, Al Masih yang palsu akan datang sebelum Hari Kiamat.  Kemunculannya akan merupakan tipuan yang terbesar 
    yang pernah dialami oleh umat manusia, dan merupakan manifestasi terakhir 
    dari Syetan serta suatu bencana yang paling buruk atas keimanan seseorang 
    terhadap Allah Yang Maha Besar sejak dunia diciptakan sampai Hari Kiamat.  
    Juga menurut Hadis, hanya Isa Al Masihlah yang mampu menghancurkan 
    si Dajjal dan yang bisa memperbaiki keimanan terhadap Allah Yang Maha Benar 
    dan Yang Kekal selamanya.
            Bila 
    Allah melihat peradaban manusia di ambang kehancuran, Allah tidak akan mengutuskan 
    seorang nabi atau bahkan Malaikat Jibril imam para malaikat.  Pertempuran yang terbesar di abad itu akan 
    dimenangkan oleh Isa Al Masih dengan kekuasaannya yang dalam waktu singkat 
    saja sebagaimana dinyatakan oleh Hadis:
    
     
    
    
Isa anak Maryam akan turun ke bumi ... dan akan menjadi imam dalam sembahyang.  
    Bila musuh Allah (si Dajjal) melihatnya, ia akan hancur seperti garam 
    dalam air.
    
    [99]
    
    
    
     
    
    
            Mengapa 
    Isa saja yang mampu menghancurkan si Dajjal?  
    Mengapa Allah menghantar Isa dan bukannya Musa, Ibrahim atau Idris?  Jawabannya bisa ditemukan dalam Hadis berikut:
    
     
    
    
Bila godaan-godaan merayap hingga teranyam dalam hati seperti anyaman tikar, 
    hati yang menerimanya akan membentuk titik hitam sedangkan yang menolaknya 
    hatinya akan membentuk titik putih. Lama-kelamaan akan terbentuklah salah 
    satu diantaranya, apakah itu akan putih seperti pualam putih yang murni, yang 
    tipuan tidak mampu mempengaruhinya selama langit dan bumi berpijak pada tempatnya; 
    atau akan terbentuk hati yang hitam legam, yang banyak berdebu tak terurus 
    seperti bejana yang terbalik yang tidak bisa lagi dipakai apapun.
    
    [100]
    
    
    
     
    
    
            Sayuti 
    mengutip Ibn ‘Abbas yang mengatakan:
    
     
    
    
... di anatra mereka yang dilahirkan, hanya kepada Isa anak Maryam, Syetan 
    tidak bisa berpengaruh ataupun menyentuhnya.
    
    [101]
    
    
    
     
    
    
            Jadi 
    Isa adalah lebih berkuasa ke atas si Dajjal yang tidak bisa mempengaruhi atau 
    menguasainya. Oleh karenanya, Isa dipilih oleh Allah dalam Hari Kiamat.  Dialah satu-satunya yang mampu menyelamatkan 
    dunia dari penipuan yang terbesar dan pengaruh iblis.
    
     
    
    
    
     
    
    
Al 
    Masih yang Maha Tinggi Selamanya 
    
     
    
    
Al-Qur’an menggambarkan hanya ada dua orang yang mempunyai sifat kebesaran/kemegahan 
    yaitu Musa dan Isa.  Mengenai Musa, 
    dikatakan: 
    
     
    
    
Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang yang menganggu 
    Musa dengan tuduhan-tuduhan yang bukan-bukan, lalu Allah membersihkannya dari 
    tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan itu, dan dia adalah seorang yang mempunyai 
    kedudukan terhormat dalam pandangan Allah.
    
    [102]
    
    
    
     
    
    
            Dan 
    kepada Isa dinyatakan ketika malaikat berkata:
    
     
    
    
Hai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan berita gembira dengan sebuah 
    Kata Cipta daripada-Nya, namanya Al Masih Isa bin Maryam, orang terhormat 
    di dunia dan di akhirat, termasuk orang-orang yang terdekat kepada Allah.
    
    [103]
    
    
    
     
    
    
            Musa 
    dahulunya megah, tetapi kemegahan 
    Isa adalah lebih bersifat abadi. 
    Ia megah (wajih) bukan hanya dalam 
    kehidupan di dunia ini tetapi juga kehidupan di akhirat.
            Razi 
    mengutip beberapa ulasan daripada akhli bahasa (linguist) Arab atas kata ‘wajih’:
    
     
    
    
Kata ‘wajih’ adalah orang yang terkenal.  Karena Bahagian daripada badan yang paling dimuliakan adalah wajah 
    (akar kata dari ‘wajih’ adalah ‘wajh’ yang artinya wajah atau muka), jadi 
    wajah dijadikan suatu metafor untuk kesempurnaan atau kebesaran.
    
    [104]
    
    
    
     
    
    
            Musa 
    adalah yang paling terkenal di antara semua nabi sampai Isa datang.  Perbedaannya dengan Musa ialah Isa lebih tinggi 
    tingkatannya dari Musa, di mana ia tidak akan tertandingi di mana Al-Qur’an menyatakan bahwa Isa adalah ‘wajih’ 
    baik selama kehidupannya di dunia maupun di hari akhirat.  Jika ada orang lainnya yang lebih tinggi daripada 
    Isa, maka tidak akan disebutkan bahwa Isa akan ‘wajih’ di hari akhirat.
            Hal 
    ini dikuatkan dalam metafor Razi.  Hanya 
    ada satu muka bagi setiap orang dan karenanya hanya ada satu orang yang lebih 
    tinggi atau megah baik di kehidupan di dunia maupun di akhirat.  Makanya, Isa adalah ‘muka atau wajah’ dari 
    kehidupan ini, yaitu anggota yang paling dihormati dalam kehidupan ini.  Dan ia juga merupakan ‘wajah atau muka’ yang 
    paling dihormati di hari akhirat.  Keutamaan 
    Isa ini jadinya berkelanjutan, tidak tertandingi dan sempurna sepajang zaman.
            Mengulas 
    atas arti ‘kemegahan dan kebesaran’, Shokani mengatakan: ‘kemegahan adalah 
    kekuasaan dan kewenangan’.
    
    [105]
    
    
    
     
    
    
            Apakah 
    sifat alamiah dari kemegahan itu?  Baidawi 
    dan mufasir lainnya mengatakan bahwa:
    
     
    
    
Kemegahan dalam kehidupan ini adalah kemampuan bernubuat atau meramal masa depan atau masa akan datang tentang apa 
    yang akan terjadi, dan dalam kehidupan akhirat adalah mampu mendoakan orang 
    (menengahi), membela dan menyelamatkan.
    
    [106]
    
    
    
     
    
    
            Lebih 
    rinci atas hal ini Razi mengatakan:
    
     
    
    
Isa diperbedakan atau wajih dalam 
    kehidupan dunia ini, karena permohonannya 
    dikabulkan.  Ia bisa menghidupkan 
    orang yang mati dan menyembuhkan yang buta dan kusta dengan doa-doanya.  
    Ia besar atau megah di kehidupan akhirat karena Allah membuatnya bisa 
    membela dan menyelamatkan umatnya yang benar dan Allah  menerima segala doa syafatnya bagi  mereka.
    
    [107]
    
    
    
     
    
    
            Menurut 
    Razi, kita bisa mendapatkan beberapa gagasan atau ide macam apa yang bisa 
    diberikan kepada Isa dalam kehidupan akhirat dengan melihat pembelaan atau 
    pengorbanannya selama berada di dunia.  Selama 
    itu Isa Al Masih melalui pembelaannya bisa menghidupkan orang mati untuk hidup 
    kembali. Pengorbanan pembelaannya lebih kuat dari kematian.  
    Dan pembelaannya di hari akhirat akan lebih kuat daripada Neraka.
            Kemegahan 
    Isa Al Masih (wajahah) di dalam 
    kehidupan duniawinya sebagai suatu ukuran akan kemegahannya di hari kemudian 
    atau akhirat.  Ucapan-ucapannya atau 
    firmannya sangat kuat pengaruhnya baik kepada manusia maupun dengan Allah 
    karena firman-firmannya itu sangat kuat untuk membersihkan mereka dari dosa-dosanya 
    dan bisa menghidupkan orang mati.  Firman-firmannya 
    lebih kuat dari dosa, kematian dan Neraka karena Neraka mendapat kekuatannya 
    dari dosa.
            Mengenai 
    salah satu aspek dari kebesaran atau kemegahan Isa di dalam kehidupan di dunia, 
    Baidawi mengatakan:
    
     
    
    
Allah membuat mujizat-mujizatnya karena kecintaannya yang lebih, di mana 
    merupakan tanda-tanda yang jelas dan mujizat yang besar.  Bila 
    mujizat-mujizat itu dipersatukan, tidak ada orang lain yang melaksanakannya.
    
    [108]
    
    
    
     
    
    
            Dalam 
    pandangan Baidawi, maka kemegahan Isa dalam kehidupan di dunia tidak tertandingi 
    oleh sesiapapun, kemegahannya di hari akhirat pun sama tidak akan bisa tertandingi.
    
     
    
    
[1] Al-Qur’an,, 3:45-47. 
[2] Al-Qur’an,, 13:8.
[3] Al-Qur’an, 21:16.
[4] Javad Nurbakhash, Jesus in the
Eyes of the Sufis, Terbitan Khaniqahi-Nimatullahi,
London, 1983, hal. 19.
[5] Al-Qur’an, 11:74.
[6] Al-Qur’an, 26:78-82. 
[7]Al-Qur’an, 4:163.
[8] Al-Qur’an,, 28:16.
[9] Al-Qur’an, 38:24.
[10] Al-Qur’an, 94:1-3.
[11] Al-Qur’an, 48:2. Juga lihat Al-Qur’an. 40:55, 4:106, 47:19. Al-Qur’an menyatakan beberapa dari
dosa-dosa ini.  Lihat juga Al-Qur’an. 9:43 dan 80:1.
[12]  Sahih Bukhari, Arabic-English, Dar al-Fikr, Jilid 8, Hadis No. 319. Berikut adalah contoh
bagaimana Muhammad berdoa meminta pengampunan: “Ya, Allah!  Basuhlah segala dosa-dosaku dengan air dari
salju, dan bersihkan hatiku dari segala dosa-dosa seperti jubah putih yang
telah disucikan dari kotoran, dan biarlah ada jarak yang jauh antara aku dengan
dosa-dosaku, seperti Engkau mencipta Timur dan Barat yang jauh antara
keduanya”. Sahih Bukhari, Hadis 379.
[13] Sahih Bukhari,
Arabic-English, Dar al-Fikr, Jilid 8, Hadis
No. 408.
[14] Ibid., Jilid 5, Hadis No. 715 : ‘Ya Allah! Ampunilah aku, dan curahkan
belas-kasihan-Mu kepadaku.’
[15] Ibid., Jilid 4, Hadis No. 501.
[16] Al-Qur’an, 19:19.
[17] “Zakeyia” juga didapati dalam
Al-Qur’an 18:74 untuk menjelaskan seorang anak kecil, tetapi dalam konteks
yang berbeda.  Ia telah diterjemahkan ke
dalam Bahasa Inggeris oleh Arthur J. Arberry sebagai “tidak bersalah”, dan
Galalan menginterpretasikannya sebagai “suci dari membunuh jiwa orang”.
[18] Sahih Bukhari,
Arabic-English, Dar al-Fikr, Jilid 4, Hadis No. 506.
[19] Baidawi, mengulas ayat  Al-Qur’an
3:36.
[20] Suyuti, mengulas ayat   Al-Qur’an
3:36.
[21] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat  Al-Qur’an 3:45.
[22] Ibid., mengulas ayat  Al-Qur’an 4:157.
[23] Ibid., mengulas ayat  Al-Qur’an 4:171.
[24] Al-Qur’an, 49:13.
[25] Al-Qur’an, 40:7-9: ‘Mereka
para malaikat yang memangku Singgasana dan yang berada di sekitarnya
menyuarakan puja kepada Tuhannya, beriman kepadaNya dan meminta ampun untuk
orang-orang beriman...’
[26] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat  Al-Qur’an 23:7.
[27] Al-Qur’an, 19:31.
[28] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an 3:39.
[29] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an 4:170.
[30] Al-Qur’an, 6:92, 155.
[31] Al-Qur’an, 3:96.
[32] Al-Qur’an 44:3., 
[33] Al-Qur’an, 24:35.
[34] Al-Qur’an, 6:59. 
[35] Al-Qur’an, 7:188.  
[36] Al-Qur’an, 6:50. (Lihat juga
ayat 11:31)
[37] Al-Qur’an, 3:179.
[38] Al-Qur’an, 3:49.
[39] Al-Qur’an, 2:252, 253.
[40] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an
2:253.
[41] Al-Qur’an, 22:73.
[42]  Al-Qur’an, 3:49. (Juga lihat Surah 5:110).
[43]  Al-Qur’an, 20:17-20.
[44]  Al-Qur’an, 27:10.
[45]  Al-Qur’an, 7:117.
[46]  Al-Qur’an, 2:60.
[47]  Al-Qur’an, 26:63.
[48] Al-Qur’an, 3:49.
[49] At-Tirmizi, Kitab Khatm
al-Awilya, (editor, Othman I. Yahya), Imperial Catholique, Beirut, 1965,
hal. 169 (Diambil dari al-Fotuhat
al-Makkiah,2;51, 52).
[50]  Al-Qur’an, 3:48, 49; Lihat juga 
Al-Qur’an, 5:110.
[51]  Al-Qur’an, 36:78, 19
[52]  Suyuti, mengulas ayat Al-Qur’an 3:48, 49.
[53]  Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an 3:48, 49.
[54] Qashani, memetik Ibn ‘Arabi ketika memberi ulasan tentang Fusus al-Hakim, hal. 176.
[55] Qashani, memberi ulasan tentang Fusus
al-Hakim, hal. 176.
[56] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an 3:39.
[57] Sahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Ashrat ‘as-Sa’ah, Hadis
No. 7000.
[58] Razi, memberi ulasan ayat Al-Qur’an
3:39 mengatakan ‘... Yahya yang akan mengakui kerasulan Isa yang dilahirkan
dengan Kalimat-Cipta daripada Allah’ mengatakan bahwa ‘Apa yang dimaksudkan
sebagai “Kalimat-Cipta daripada Allah” itu ialah Isa, keselamatan bagi
dia.  Ini adalah pilihan mayoritas
mufassirin.’
[59] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
3:39.
[60] Ibid. (Lihat juga Suyuti yang memberi mengulas ayat yang sama)
[61] Suyuti, memberi mengulas ayat Al-Qur’an
3:39 mengatakan ‘Seorang penyeru memanggil dari syurga mengatakan bahwa Yahya
adalah yang terbesar di antara mereka yang dilahirkan oleh wanita.’
[62] Al-Qur’an, 3:39.
[63] Galalayn, memberi mengulas
ayat Al-Qur’an 3:39.
[64] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
atas ayat Al-Qur’an 3:39.
[65] Al-Qur’an, 3:48..
[66]Razi, at-tafsir al-Kabir,
memberi ulasan ayat Al-Qur’an, 3:48.
[67] Al-Qur’an, 2:87.
[68] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas atas ayat  Al-Qur’an, 2:87.
[69] Ibid., mengulas ayat  Al-Qur’an, 2:87.
[70] Ibid., mengulas ayat  Al-Qur’an, 3:52-55.
[71] Sahih Bukhari, M. Muhsin Khan
(terjemaham Inggeris), Jilid 4, Hadis No. 255.
[72] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat  Al-Qur’an, 2:30.
[73] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an,
2:30.
[74] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
4:157.
[75] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
3:45.
[76] Al-Qur’an, 19:17: ‘Kemudian
Kami utuskan kepadnya Roh Kami (Jibril) yang menjelma dihadapannya seperti
manusia biasa.’
[77] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an 19:17.
[78] Al-Qur’an, 4:157, 158.
[79] Al-Qur’an, 3:55.
[80] Al-Qur’an, 94:4.
[81] Al-Qur’an, 19:57.
[82] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an, 19:57.
[83] Al-Qur’an, 3:55. 
[84] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an,4:158.
[85] Yousef al_Qaradawi, ‘Elewah Mostafa’ dan ‘Ali Gammar, at-Twahid, Qatar, 1968, hal 205.
[86] Ini bukanlah sesuatu yang asing dalam 
ilmu Tasawuf Islam.  Razi
mengatakan bahwa orang-orang Muslim yang mengikut ilmu Tasawuf Moshabaha
“memegang teguh ayat di atas dan mengambil kesimpulan bahwa Allah semestinya
berada di tempat yang sama, di Syurga karena Isa telah diangkat secara jasmani
ke sisi Allah untuk bersama-Nya.’ (Razi, at-Tafsir
at-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an,
3:55).
[87] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an,4:158.
[88] Al-Qur’an, 43:61
[89] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an 43:61.
[90] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[91] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[92] Shokani, mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[93] Ibn-Khatir., mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[94] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[95] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an
43:61.
[96] Kitab al-Fitan Wa Ashrat as-sa’ah,
terjemahan oleh Sahih Muslim, Hadis No. 7037.
[97] Al-Hendy, Kanz al ‘Ommal,
Jilid 18, Hadis No.771.
[98] Sahih Muslim, Kitab Al-Fitan
wa Ashrat as-sa’sh, khaki nota no.4 dari Bahagian 20 dalam versi Bahasa
Arab.  
[99] Ibid., (edisi Bahasa Arab), Bahagian 9, Hadis No. 34-(2897),
[100] ‘Abd Al-‘Aziz ‘Ez Al-Din Al-Sirawany dalam Ahadith Said Al-Morsalin’ An Hawadeth ‘Al-Qarn ‘Al-“Eshrin (Edisi
1), Dar Al-Afaq Al-Jadidah, Beirut, 1982, hal 32. (Dari Sahih Muslim).
[101] Sayuti, mengulas ayat Al-Qur’an 3:36.
[102] Al-Qur’an, 33:69.
[103] Al-Qur’an, 3:45.
[104] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.
[105] Shukani, Fath al-Qadir,
mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.
[106] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an,
3:45.
[107] Razi, at-Tafsir al-Kabir,
mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.
[108] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an,
2:253.